Skip to main content

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Sumber: 1001indonesia.net

Pendahuluan
Kita mengenal Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Melalui pemikiran-pemikirannya, pendidikan di Indonesia terbentuk sesuai dengan kaidah dan jati diri bangsa Indonesia. Beliau menyadari bahwa pendidikan di Hindia Belanda (Indonesia) merupakan pendidikan buatan kolonial yang penuh dengan diskriminasi dan kepentingan kaum penjajah. 

Ki Hajar Dewantara tergerak untuk melakukan perubahan atau revolusi pendidikan di Indonesia, di mana pendidikan di Indonesia harus mengacu pada sosial budaya bangsa Indonesia, yang terbebas dari pengaruh budaya luar. Meskipun beliau paham bahwa budaya luar pasti akan masuk, namun sebagai orang yang berakal kita harus bisa menyaringnya dan menyesuaikan dengan budaya kita sendiri. 

Selanjutnya Ki Hajar Dewantara mengidentikkan bahwa pendidikan itu harus terpusat pada murid, karena pendidikan harus memberikan kemerdekaan kepada murid untuk mengembangkan bakat, minat, dan kodratnya. "Pendidikan adalah tempat pesemaian benih-benih kebudayaan," kata Ki Hajar Dewantara. Artinya guru hanya sebagai penuntun murid dalam menjalankan kodratnya supaya mereka selamat dan bahagia. Kodrat itu bisa berupa kodrat alam dan kodrat zaman. 

Namun demikian, dalam sebuah pendidikan mengejar ilmu pengetahuan bukanlah tujuan utama. Pada dasarnya, pendidikan adalah membentuk budi pekerti. Menurut Ki Hajar Dewantara, budi pekerti atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Guru menurut Ki Hajar Dewantara adalah sebagai pamong atau pelayan muridnya, yang melayani murid-murid sepenuh hati untuk mencapai cita-citanya. Oleh karena itu, guru itu harus menjadi Ing Ngarso Sung Tolodo (teladan bagi muridnya dan masyarakat). Ing Madyo Mangun Karso (memberikan semangat muridnya untuk maju), dan Tut Wuri Handayani (Memberikan dorongan kepada murid untuk terus berjuang).

Sebelum Mempelajari Modul 1.1
Sebagai seorang guru, pada awalnya, saya merasa apa yang telah saya lakukan untuk murid-murid saya telah benar. Sebagian memang benar, namun sebagian lain ternyata tidak sesuai dengan apa yang menjadi pemikiran KHD. Kita sebagai guru selalu menuntut murid-murid kita untuk patuh dan taat pada guru. Apa yang dikatakan guru itu pasti benar. Guru adalah manajer dan bos di kelas. 

Saya merasa apa yang disampaikan kepada murid-murid saya itu sesuai dengan kaidah dan norma yang ada, sehingga sering sekali saya memberikan tekanan dan perintah yang sifatnya memaksa kepada murid-murid. Memang pada hakikatnya apa yang dilakukan saya adalah untuk kebaikan murid-murid saya. 

Saya juga selalu menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan untuk masa dengan murid-murid saya. Sering kali saya dan guru-guru lain membiarkan murid-muridnya memahami dunia luar sesuai zaman dan keinginannya. Guru merasa pada zaman globalisasi sekarang, anak-anak harus bisa menguasai IPTEK. Memang sesuai kodrat zaman, anak-anak harus bisa memiliki keterampilan abad 21. Kita membiarkan murid-murid kita menerima ajaran dan pengaruh budaya luar untuk kepentingan masa depan mereka. Namun, tanpa disadari kita membiarkan anak-anak kita kehilangan jati diri bangsanya. Kita sering membiarkan anak-anak kita mencintai budaya luar, seperti KPOP atau makanan asing. Sementara itu, kita membiarkan anak-anak kita untuk melupakan budayanya. Guru sering mendapatkan pengajaran bahwa "nanti anak kita juga akan paham budaya kita". Tapi ketika fondasi anak-anak kita untuk telah direcoki oleh budaya luar, akan sulit bagi mereka untuk bisa mengenal budayanya sendiri nantinya.

Setelah Mempelajari Modul 1.1 dan Penerapan Pemikiran KHD
Saya menyadari bahwa sebagai guru pendidikan harus mengedepankan budi pekerti atau akhlak anak-anak kita. Apalah artinya, jika anak pintar tapi tidak memiliki budi pekerti. Kita tidak mau nantinya anak-anak kita menjadi pejabat tapi suka korupsi. Memang benar pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Dengan budi pekerti, murid-murid kita akan memahami jati dirinya, sehingga akan menciptakan nilai kemanusiaan, nilai sosial, dan kemandirian.

Pernyataan KHD bahwa pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain. Pernyataan ini kemudian menjadi landasan saya sebagai guru untuk membiarkan murid-murid saya tumbuh dan berkembang sesuai bakat dan kodratnya. Saya hanya menuntun mereka supaya tidak kehilangan arah. Mereka juga bisa menjadi merdeka dalam belajar atau mandiri. Saya kemudian memastikan murid-murid saya selamat dan bahagia dalam belajar. Sebagaimana Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa maksud pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Belajar sesuai keinginan dan kebahagiaan anak

Belajar dengan santai dan bahagia tentang tanaman di luat kelas

Kemudian saya
memosisikan diri sebagai pamong untuk menuntun dan mengarahkan murid-murid saya untuk belajar sesuai dengan minat, pemahaman, dan kodrat mereka. Saya berusaha untuk tidak memaksakan kehendak saya sebagai guru dalam mengajar, namun  melihat dari sisi murid-murid saya, mana yang baik menurut mereka bukan yang baik menurut saya. Namun demikian, jika itu berhubungan dengan norma dan aturan, saya harus menengahinya. Sebagai aturan yang mengikat mereka, saya membuat kesepakatan kelas, sehingga mereka bisa melaksanakan sesuai dengan apa yang telah mereka buat dan sepakati bukan dari apa yang guru perintahkan. Dan hasilnya memang luar biasa. Mereka secara sadar mengikuti semua aturan yang telah mereka buat sendiri tanpa paksaan. Hal ini sesuai dengan pandangan KHD yang menyatakan bahwa pendidikan itu hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Ketika pada awalnya saya melihat kehebohan dan kegemaran anak pada budaya luar merupakan hal yang lumrah, saya mencoba untuk menerapkan nilai-nilai sosial budaya setempat dengan tetap menyaring budaya dari luar. Kekayaan budaya setempat ternyata bisa menjadi sumber belajar bagi murid-murid saya. Selain itu, penerapan kebiasaan dan perilaku sesuai sosial budaya setempat ternyata dapat membentuk karakter-karakter anak yang lebih baik. Hal ini tentu sesuai dengan pandangan KHD yang menyatakan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia.
Permainan engran dalam pembelajaran PPKn dan PJOK
Pembuatan makanan khas sunda dalam perayaan Maulid Nabi

Meskipun pembelajaran mengutamakan kearifan lokal, siswa masih tetap mengikuti kodratnya, baik kodrat alam maupun zaman. Dalam kodrat alam, saya menekankan pembelajaran yang berhubungan dengan tanaman, karena memang lokasi sekolah dan tempat tinggal anak berada di daerah pertanian sayuran dan bunga. Anak dikenalkan dengan kondisi lingkungannya yang berbasis tanaman, sehingga anak merasa nyaman dan tahu persis apa yang ingin digapainya terhadap diri dan lingkungannya. 
Dalam kodrat zaman, saya tetap menerapkan teknologi IT dalam pembelajaran dengan bimbingan dan arahan. Kemampuan menguasai keterampilan IT dirasa sangat perlu untuk membekali anak-anak kita pengetahuan, wawasan dan keterampilan bagi masa depannya.
Pembelajaran IPA tentang tanaman

Penggunaan teknologi IT dalam pembelajaran

Dari pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh murid-murid saya, sesuai dengan pemikiran KHD bahwa pendidikan lebih mengarah pada pembentukan budi pekerti. Karena KHD menambahkan bahwa budi pekerti akan membentuk cipta, rasa, dan karsa. Cipta, rasa, dan karsa itulah yang membentuk karakter anak yang positif bagi keseimbangan hidupnya. Oleh karena itu, saya tetap menekankan pendidikan karakter untuk membentuk budi pekerti anak dalam pembelajaran di sekolah. Saya merasa pemikiran KHD sangat relevan dengan keadaan sekarang ini, di mana akhlak atau budi pekerti anak banyak yang melenceng dan jauh dari norma yang ada di masyarakat. Budaya salam, sapa, dan senyum akan terus digalakkan. Shalat Duha dan mengaji tetap dijalankan sebagai pembentuk karakter anak.
Menggalakkan Shalat Duha berjamaah setiap Jumat
Pembiasaan sapa dan salam di jalan

Kesimpulan
Pada dasarnya pendidikan itu tempat berkembangnya anak-anak sesuai dengan kodrat dan jati dirinya. Anak-anak adalah menjadi pusat dari pendidikan, guru hanya sebagai pelayan yang menuntun dan mengarahkan anak untuk menggapai cita-citanya. Namun yang terpenting pendidikan harus lebih membentuk watak anak atau budi pekerti anak.

Dalam pendidikan, guru harus memahami kodrat anak, baik kodrat alam dan kodrat zaman. Guru harus bisa menumbuhkan kekuatan diri anak sesuai sosio budaya daerah setempat, dengan menyaring pengaruh dari luar. Guru juga harus busa menumbuhkan keterampilan anak sesuai dengan zamannya.

karena itulah, guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak, penyemangat yang hebat bagi anak, dan pendorong kemajuan anak.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi

  Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran    1.      Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? Filosofi Pratap Triloka dari Ki Hajar Dewantara, yang memuat   ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga filosofi ini menjadikan seorang guru harus bisa seorang pemimpin yang bijaksana dengan memberikan teladan atau panutan bagi murid-murid dan orang lain ( ing ngarso sung tulodho ), menjadi motivator atau penggerak ( ing madyo mangun karso) , dan menjadi pamong, pendorong atau pemberi dukungan bagi murid-muridnya ( tut wuri handayani). Dengan Pranata Triloka ini, pendidik diarahkan menjadi pemimpin pembelajaran yang harus dapat membuat sebu...

Operasi Hitung Campuran melalui Pemecahan Masalah

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)                                                     Mata Pelajaran            : MATEMATIKA                                         Kelas/Semester            : VI / I              Diskusikan permasalahan di bawah ini dengan menggunakan uang mainan yang sudah ditugaskan sebelumnya. Ibu pergi ke pasar untuk membeli 5 kg beras. Harga 1 kg beras adalah Rp 12.000,00. Ibu memberikan uang Rp 100.000,00. Berapa kembalian uang yang diterima ibu? Susi disuruh ibu untuk membeli sayur-sayuran. Ia membeli 4 kg kol dan 6 kg mentimun. Harga 1 kg kol adalah Rp 8.000,00 dan...